Lullaby : October 2011

My Picture

I'm short girl who has short hair and glasses. I'm fourteen going on fifteen years old. I live at small city in Indonesia. I love reading, eating, and ice cream. Leave a greeting in my chat box. Simple, unique, and weird.

More about me»

Ok... Ini bukan pertama kalinya aku disebut anak jutek, cuek, blak-blakkan, galak, terlalu percaya diri, dan sombong. Kok kelihatannya aku gak ada bagus-bagusnya gitu ya? Bahkan saudaraku sendiri sempat menjaga jarak dariku agar gak kena semprot (omelanku). Yaahh... jangan salahkan aku kalau kena semprotku jika dekat aku, salahnya sendiri jailin aku. Bukannya aku anaknya gak seru, tapi ya siapa juga yang nyuruh jailin aku saat aku lagi capek. Namanya juga anak sekolahan yang pastinya banyak tugas, kegiatan, penilain ini dan itu secara berkelompok yang mengharuskan kita untuk kerja kelompok bersama, belum lagi mau ulangan mid semester. Hah... kurang satu... Pastinya selalu kena omelan orang tua di rumah. Jadi deh pusing kuadrat.

Well, aku gak bakal marah sama orang yang menyebutku cewek cuek dan jutek, karena aku memang sering dibilang gitu. Bilangnya pun bukan di belakangku aja, sempat juga ada yang terang-terangan bilangnya di depanku. And because of that, I have enemies. Banyak orang yang gak suka sama sifatku yang cuek dan jutek. Bahkan orang yang baru kenal aku aja udah gak terlalu suka denganku.

Aku masih heran sama kebanyakan orang. Jelas-jelas banyak yang bilang "Don't judge a book from the cover" tapi tetap saja mereka langsung menilai orang dari luarnya. Tau kalau aku bermuka cuek dan jutek langsung deh mereka menghindar. Mereka gak tau apa yang ada di dalam diriku sebenarnya. Mereka langsung menimbang untuk berteman atau tidak ketika baru melihatnya. Tapi, ketika persaingan dimulai... Aku menunjukkan hasil yang lebih dari mereka, aku mempunyai ability yang lebih dari mereka, dan mereka tahu tentang latar belakangku dan orang tuaku. Mereka baru mendekatiku.. Memintaku untuk berteman dengannya.. Teman bisa dibeli, tapi teman yang sesungguhnya tidak akan bisa dibeli walaupun kau membayar berbatang-batang emas. Teman yang baik dan menerimamu apa adanya pun sangat susah dicari, bahkan bisa bertahun-tahun kau mencarinya. Dan mungkin saja dia ada disekitarmu ketika kau tak menyadarinya, kau harus mengamati orang-orang disekitarmu dengan baik.

Ada satu pengalaman yang membuatku sakit hati dan benar-benar marah. Bukan hanya aku, sahabatku pun juga. Aku mungkin bisa terima dibilang cuek, jutek, dll. Tapi, aku tidak terima jika dibilang sombong oleh teman SDku yang sudah bersamaku 6 tahun. Dia berbeda sekolah denganku. Cerita ini bermula ketika aku dan sahabatku pulang sekolah bersama naik sepeda. Ketika itu kami melewati sebuah warung kecil yang biasanya ramai dikunjungi anak-anak dari berbagai sekolah ketika pulang sekolah. Ketika lewat disana kami bertemu dengan kakak kelas kami yang sedang minum es di warung sana. Sedangkan temanku SD berada tidak terlalu jauh setelah warung itu. Sebagai adik kelas yang baik dan hormat.. Kami menyapa kakak kelas kami terlebih dahulu. Dan kami juga sudah tahu bahwa ada teman SD kami disana. Karena kami melewati kakak kelas kami terlebih dahulu ya pastinya kami menyapa kakak kelas kami dahulu. Baru selanjutnya kami menyapa teman SD. Ketika kami hendak menyapanya, dia sudah terlebih dahulu menyapa kami. "Ocha...! Ika...! Som....bong" Katanya dengan mengucapkan kata "sombong" dengan pelan.. Tapi karena aku berpapasan dengan jarak tidak ada 30 cm disampingnya, pastinya aku mendengar kata "sombong" yang ia ucapkan.

Ketika aku mendengar kata itu.. Aku memelankan laju sepedaku dan karena sahabatku berada dibelakangku mau gak mau ia juga memelankan sepedanya. Aku pun hendak memberhentikan sepedaku dan menengokkan kepalaku kearahnya. Dengan wajah yang kubuat sengit aku pun berkata "Hah? Sombong katamu?! Kamu bilang kami sombong?!" dengan nada emosi dan sinis. Sahabatku pun menimpalinya "Yang bener kita sombong !? Bukannya kamu ya! Tiap disapa sama anak-anak yang lain pura-pura gak kenal?" tak kalah sengitnya dari nadaku. "Hah! Tau tuh anak." kataku setengah teriak sambil melanjutkan pulang. Banyak anak yang melihat kami. Namun, aku tak melihat wajahnya. Pastinya dia shock karena kami berdua mengatakannya agak lantang.

Ok, apa yang menguatkan alasannya kalau kami sombong? Aku pun sempat bertanya seperti kepada sahabatku. Ia menjawab bahwa ia bila bertemu dengannya selalu menyapa, tersenyum, dll. Ah... berarti bukan Ika yang dibilangnya sombong. Itu berarti aku. Tapi, apa yang perbuat? Aku sering tersenyum kepadanya ketika bertemu dengannya...

Ahh... sudah lah... Biar dia sadar sendiri kalau yang perlu ia bilang sombong itu hatinya sendiri. Bukan kami...

Oke, cukup untuk cerita ini. Amanatnya adalah... Jangan menilai orang dari luarnya serta interupsi diri kalian sendiri sebelum kalian mengejek orang lain...

Don't get close to me, but do not go far away.

FemInd Bloggers

Chat With Me

Search This Blog

Follow Me